TUGAS DAN PANGGILAN GEREJA

TERAS KECERDASAN MANUSIA PENCIPTAAN  MANDAT DARI TUHAN ALLAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP MEMULIS JURNAL MASA DEPAN MANUSIA PERGAULAN-PERSAHABATAN PACARAN dan PERTUNANGAN PERKAWINAN   UU NO 1 TAHUN 1974 KELUARGA  KRISTEN TANGGUNGJAWAB ANGGOTA KELUARGA PERCERAIAN ZIONISME KRISTEN ARAB PRA-ISLAM GURU SEBAGAI KONSELOR SYLABUS MK AGAMA TUGAS DAN PANGGILAN GEREJA FONDASI PENDIDIKAN KRISTEN TAHAP PERKEMBANGAN IMAN



 
 

 

“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di Surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” [Mat 28 : 18 - 20, sering disebut Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus]; 

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku ... sampai ke ujung bumi, Kisah 1 : 8; Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” [Mat 24 : 14]. 

 
Berdasarkan Amanat Agung TUHAN Yesus Kristus tersebut, secara tegas dan jelas, Yesus Kristus memberikan tugas dan perintah kepadamu [menunjuk pada Gereja-gereja, serta mereka yang percaya kepada Yesus sebagai TUHAN dan Juruselamat], untuk melaksanakan tanggungjawab agar semua bangsa menjadi murid-Nya. Proses untuk menjadikan semua bangsa sabagai murid tersebutlah yang menghantar Gereja-gereja misi dan pemberitaan yang berisi hal-hal berikut:
 
Koinonia
Koinonia berarti persekutuan; ada dan terciptanya persekutuan; memperat persaudaraan; semua upaya untuk tetap berada dalam persekutuan. Jadi, dalam gereja harus ada dan tercipta persekutuan; sekaligus terpeliharanya persekutuan yang telah ada dan tercipta; gereja harus menyampaikan model persekutuanyang dimilikinya itu kepada semua umat manusia.
Gereja terbentuk karena adanya persekutuan orang-orang yang percaya bahwa  Yesus Kristus adalah TUHAN dan Juruselamat, kemudian “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, Kisah 2:42; ... selalu berkumpul ... dalam persekutuan yang erat,” Kisah 5:12; sehingga terbentuknya persekutuan tersebut, 1 Kor 1:9, “... semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus,” 1 Kor 15:22. Menurut rasul-rasul, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus,” 1 Yoh 1:3;
 

Karena sebagai tugas Gereja dan gereja, koinonia seperti itulah yang harus diberitakan serta dipraktekkan. Artinya, koinonia bukan hanya dibentuk di dalam lingkungan gereja,  melainkan harus ditampilkan pada sikon hidup dan kehidupan sehari-hari. Orang percaya harus hidup dalam terang, sehingga mendapat persekutuan seorang dengan yang lain, karena darah Yesus, telah menyucikannya dari segala dosa, 1 Yoh 1:7.  Dengan itu, setiap anggota Tubuh Kristus, harus memperhatikan satu sama lain, sesama warga, tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan jenis kelamin, dan semua latar belakang lainnya. Semuanya merupakan sesama saudara karena kasih TUHAN Yesus Kristus. 

 

Marturia

Marturia bermakna kesaksian, bersaksi, memberi kesaksian secara benar dan tepat tentang hal-hal yang pernah dilihat dan didengar; menceritakan realitas yang sebenarnya; mempercakapkan kembali pengalaman-pengalaman dan peristiwa yang dialami sebelumnya.

Gereja-gereja harus melaksanakan marturia karena “Injil Kerajaan Allah ... menjadi kesaksian untuk semua bangsa,” Mat 24:14; Kisah 20:24. Dan jika marturia dilaksanakan dengan baik dan benar, maka TUHAN Allah meneguhkan kesaksian Gereja-gereja dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus, Ibr 2:4. Oleh sebab itu, rasul-rasul pada masa Gereja Mula-mula memberitakan, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah mereka dengar, lihat, saksikan, raba ... tentang Firman hidup, ...,” 1 Yoh 1:1-3; Isi utama dalam pemberitaan para Rasul adalah “... Yesus adalah Mesias,” Kisah 4:33; 18:5. Pemberitaan rasul-rasul tersebutlah yang menjadikan penyebaran dan perkembangan Gereja sampai ke penjuru dunia.

Pada konteks kekinian, isi utama marturia masih tetap sama, yaitu Yesus adalah Mesias. Marturia tidak hanya dinyatakan melalui khotbah dan nyanyian, tetapi sudah ada banyak sarana baru untuk hal itu. Marturia tidak terbatas dalam gedung gereja, namun di mana saja orang percaya berada, ia harus bermarturia.

 

Diakonia

Diakonia artinya melayani. Pada sikon budaya masa lalu, diakoniamendapat pengembangan makna, sehingga bermakna melakukan sesuatu dengan setia, jujur, serta tanggungjawab. Artinya, seseorang [biasanya hamba atau budak] yang melayani tuannya dengan penuh kesetiaan, kejujuran, dan tanggungjawab; ia juga harus berani dan rela menyerahkan nyawanya untuk tuannya; dalam melaksanakan tugasnya, ia harus mengikuti keinginan  dan kehendak tuannya.

Pengembangan makna diakonia itu lah yang ada pada Yesus, ketika masih berada secara fisik di Bumi, Ia berkata, “... sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang,” Kehadiran Yesus untuk melayani tersebutlah yang merupakan tugas Gereja dan gereja. Pelaksanaan diakonia pada masa Gereja Mula-mula, menyangkut banyak aspek, serta dilakukan oleh orang-orang yang dipilih secara khusus, Kisah 6:1-7, sehingga rasul-rasul dapat berkosentrasi pada pemberitaan Injil. Diakonia dikerjakan dengan kata dan perbuatan, “Jika ...; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” 1 Pet  4:11

Pada konteks kekinian, berdiakonia tak terbatas pada bantuan materi kepada mereka yang berkekurangan, melainkan lebih kompleks. Misalnya, pengobatan, panti asuhan, pendidikan, pendampingan pada saat susah ataupun yang mengalami masalah sosial, penyediaan lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Diakonia harus membawa perubahan pada seseorang maupun masyarakat. Bukan sekedar menjadikan ia tidak terlantar dan tercukupi kebutuhan dasarnya, melainkan dapat terangkat secara sosial; misalnya, melalui pendidikan yang baik, seseorang dapat memperbaiki kualitas hidup dan kehidupannya.

Diakonia bisa menjadi salah satu bentuk kepedulian gereja kepada masyarakat luas dalam rangka menunjukkan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi. Melalui diakonia, warga gereja menunjukkan perhatian kepada masyarakat di luar gereja, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, ...,” Gal 6:1-10; Mat 25:31-46.

 

PEMBERITAAN

YANG MENGHASILKAN 

KETERATURAN CIPTAAN YANG MEMULIAKAN TUHAN ALLAH

 

Berdasarkan tugas-tugas itu, pemberitaan [kerugma] atau pelayanan dan kesaksian Gereja-gereja harus menunjukkan koinonia, marturia, dan diakonia, [dan varian-variannya]. Kerugma dengan aneka dimensi itu, harus mampu membawa atau memberikan perubahan pada sasaran pemberitaan, yaitu umat manusia. Artinya, pelayanan dan kesaksian Gereja-gereja harus berdampak pada perubahan pada seseorang. Ia harus berubah secara utuh, misalnya jasmani dan rohani, perilaku hidup dan kehidupan, kualitas intelektual, pandangan maupun pola pikirnya, termasuk cara berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan.

Gereja tidak bisa membatasi diri dengan hanya menjalankan salah satu tugas, sambil melupakan yang lain.  Semua tugas tersebut dijalankan secara simultan, dalam rangka mencapai atau menciptakan Keteraturan ciptaan yang Memuliakan TUHAN Allah. Pelayanan dan kesaksian yang mendatangakan keteraturan di masyarakat serta lingkungan hidup dan kehidupanya. Karena keteraturan itu, mereka [manusia dan alam] sama-sama memuliakan TUHAN Allah. 

Ini berarti, bukan hanya warga Gereja [dan gereja] yang mampu memuliakan TUHAN Allah; namun ciptaan lain pun bisa melakukan yang sama. Misalnya, jika, semua benda-benda di alam semesta bisa mengeluarkan suara, maka hasil pelayanan dan kesaksian gereja menjadikan mereka memuliakan TUHAN Allah; jika, flora di taman, kebun, sawah, ladang serta hutan bisa mengeluarkan suara, maka pelayanan dan kesaksian gereja menjadikan mereka memuliakan TUHAN Allah; demikian juga, jika semua suara dan bahasa fauna dimengerti manusia, maka karena adanya pelayanan dan kesaksian gereja, maka suara mereka akan terdengar;  suara yang memuliakan TUHAN Allah.

 

 

TUGAS GEREJA

DALAM RANGKA MENYATAKAN

TANDA-TANDA 

KERAJAAN ALLAH

 

“Bapa kami yang di Surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga.” Matius 6:9-10.

 

Bagian dari ajaran Yesus tentang doa tersebut, menunjukkan bahwa manusia [orang percaya] perlu memohon kepada TUHAN Allah agar terciptanya Kerajaan-Nya di Bumi. Permohonan itu, harus terus menerus diungkapkan sampai tergenapinya atau penggenapan Kerajaan Allah di Bumi. Oleh sebab itu, salah satu cara untuk menujukkan tanda-tanda Kerajaan Allah adalah melaui pemberitaan serta pelayanan dan kesaksian Gereja-gereja. Pemberitaan gereja yang berdiakonia, koinonia, dan marturia [diharapkan] menghasilkan dan menunjukkan tanda-tanda Kerajaan Allah di Bumi. Dan nanti, secara eskhatologis, Kerajaan tersebut akan menjadi nyata dengan Yesus Kristus sebagai Raja.

Akan tetapi, tidak mudah untuk memahami makna Kerajaan Allah yang Yesus maksudkan dalam Matius 6:9-0. Jika manusia hanya memahaminya sebagai sikon kemajuan dan kesejahteraan sosial-masyarakat akibat peningkatan taraf serta kualitas hidup dan kehidupan; maka Kerajaan Allah akan berbeda untuk setiap komunitas masyarakat; mempunyai batas-batas geografis dan sosial dan budaya; dan mereka atau siapapun di luar batas-batas itu, tidak termasuk dalam Kerajaan Allah; jadi ada perbedaan antara manusia di dalam dan luar Kerajaan Allah.

Jika memahami Kerajaan Allah sebagai atau hanya bersifat rohani, maka Kerajaan tersebut tanpa batas-batas geografis melainkan imajinatif serta abstrak; suasananya dapat dirasakan oleh mereka yang mengimaninya. Kerajaan Allah [atau Kerajaan Surga] berada di luar sejarah hidup dan kehidupan manusia. Atau bahkan hanya sekedar harapan imajinasi umat beragama, yang muncul karena penderitaan serta kesengsaraan hidup dan kehidupan.

Pada abad pertama, Yesus memulai pelayanan dengan memberitakan bahwa, “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Mar 1:15. Orang banyak yang mendengar pemberitaan Yesus, memahami Kerajaan Allah tersebut dalam batas-batas geografis, sosial, politik, dan budaya. Hal itu terjadi karena mereka berada di bawah kekuasaan Romawi. Sebagai bangsa yang terjajah, mereka mengalami pelbagai hambatan dan penindasan. Keadaan itu, mereka mempunyai pengharapan messianis, yang mendatangkan suatu era baru, yaitu kebebasan dan kemerdekaan. Dengan itu, dalam pandangan mereka, Kerajaan Allah segera terjadi karena TUHAN Allah sendiri yang bertindak untuk membebaskan umat-Nya. 

Padahal, Yesus tidak membangun Kerajaan Allah, sebagaimna ada dalam harapan masyarakat pada masa itu. Akan tetapi, Ia hanyamenunjukkan tanda-tanda jika Kerajaan Allah terjadi. Oleh sebab itu, kehadiran-Nya seringkali diikuti dengan, “Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kabar baik untuk orang-orang miskin,” Mat 11:5-6; setan-setan diusir, Mat 12:28-29; memberikan pengampunan dosa, Mat 9:6; menemukan yang hilang; serta memberi nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang, Luk 19:10; Mar 10:45.

Ajaran-ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah, misalnya melalui pelbagai perumpamaan dalam Matius pasal 13, Kerajaan Allah tidak akan terjadi di waktu itu [pada masa lalu, ketika Yesus masih ada secara fisik di Bumi] melainkan pada masa akan datang [di masa sekarang atau kekinian kita; ataupun masa akan datang dari era sekarang], ketika Ia datang kedua kali sebagai Raja Yang Mahakuasa.

 

Menurut Yesus, Ia mempunyai “kuasa di Surga dan di bumi,”, Mat 28:18, oleh sebab itu, Ia mengutus pengikut-pengikut-Nya agar menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya sekaligus sebagai bagian [mempunyai bagian] dalam dan di Kerajaan Allah. Hal itu juga berarti bahwa, Gereja harus ikut ambil bagian menghadirkan Kerajaan Allah di Bumi. Ia mengutus umat-Nya [dan Gereja] agar memberitakan dan mewujudnyatakan Kerajaan-Nya, dan terus menerus mempunyai pengharapan pada penggenapannya ketika Ia datang  kedua kali. 

===== 

 

 

 

 

 OLEH