MASA DEPAN MANUSIA
SELAMAT DATANG
MASA DEPAN MANUSIA
Oleh
Jappy Pellokila
Sebab Aku [TUHAN Allah] ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan, [Yeremia 29:11].
Pada umumnya, semua manusia menginginkan masa depan yang gilang-gemilang, sejahtera, cerah, damai-sejahtera, bahagia, berkecukupan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, manusia berusaha sekuat tenaga dan dengan cara apapun agar mencapai masa depan yang gilang-gemilang, damai sejahtera, tidak kekurangan, dan lain-lain. Untuk mencapai semuanya itu, manusia berusaha dengan berbagai cara, misalnya, berbuat baik, praktek atau perbuatan moral yang baik, pendidikan, kekayaan, kerja keras, dan seterusnya.
Tetapi, pada realitas sehari-hari, upaya untuk mencapai semua hal yang baik itu, tidak selamanya berhasil ataupun sesuai dengan keinginan manusia. Bahkan, sebagian besar umat manusia hanya mencapai kelengkapan hidup dan kehidupan yang minimal serta di bawah standar. Akibatnya, tidak sedikit umat manusia yang pesimis terhadap hidup dan kehidupan serta masa depannya; mengalami disorientasi masa depan; serta bersikap fatalistis dan menerima nasib.
Berdasarkan semuanya itu, manusia memerlukan therapi rohani melalui agama-agama, agar mampu melihat masa depannya sesuai dengan rencana TUHAN Allah buatnya. Agama-agama dapat membimbing manusia [yang menjadi umat beragama] sehingga mampu mempunyai pandangan positif pada hidup dan kehidupan serta masa depannya. Pada konteks itu, agama Kristen [dhi. Gereja-gereja] dapat membimbing umat berdasarkan Firman TUHAN sehingga manusia mampu melihat masa depannya secara positif serta sekaligus meraih dua jenis masa depan. Ada beberapa hal [berdasarkan Firman TUHAN], yang mampu menjadikan manusia meraih masa depannya yaitu,
- Menyadari dan yakin bahwa TUHAN Allah mengasihi semua umat manusia; Ia menghendaki semua manusia memperoleh keselamatan [dalam segala hal] dan hidup kekal, Mat 22:37-41; Yoh 3:16, 5:24; Roma 10:9-13. Hidup berdasarkan kasih, karena iman kepada TUHAN Allah [Bapa, Anak, dan Roh Kudus] karena kehadiran Yesus Kristus. Melalui dan dalam Yesus Kristus manusia mempunyai mempunyai kepastian [penggenapan] pengharapan masa depan dalam dimensi maupun eskhatologis
- TUHAN Allah mempunyai rancangan masa depan yang penuh damai sejahtera dan penuh harapan kepada setiap umat manusia, Yer 29:11. Rancangan damai sejahtera tersebut dapat dipahami serta diraih jikalau manusia mempunyai hubungan baru dan benar dengan TUHAN Allah hanya melalui Yesus Kristus
- Adanya kesempatan atau peluang untuk semua umat manusia untuk memperoleh hidup setelah kematian, Yoh 14:1-3, Wahyu 21-22. Setiap manusia mempunyai peluang yang sama untuk mencapai hidup dan berada di Langit dan Bumi baru; akan tetapi peluang tersebut hanya melalui satu jalan yaitu Yesus Kristus sebagai Jalan Kebenaran dan Hidup
Penilaian optimis dan positip terhada masa depan hidup dan kehidupan manusia agaknya tidak muncul dengan sendirinya. Sebagai umat beragama, sebagian orang percaya kepada Kristus, perlu mempunyai pengenalan dan pengetahuan yang benar tentang hubungan dengan TUHAN Allah melalui Yesus Kristu. Hubungan tersebut mampu merubahnya dari manusia lama menjadi manusia baru
Manusia Lama menjadi Manusia Baru
21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, 22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, 24dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya, [Efesus 4:21-24].
17 Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 19Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka, [2 Korintus 5:17-19].
Manusia Lama adalah mereka [orang-orang] yang tidak mempunyai relasi baik dan benar dengan TUHAN Allah dan sesamanya; secara radikal, mereka yang belum berada dalam Kristus. Walau tak menutup kemungkinan, bahwa banyak pengikut Kristus yang mempunyai pola hidup dan kehidupan lama. Manusia Lama biasanya mencerminkan hidup dan kehidupan yang berlawanan dengan moral dan kemanusiaan, dan menjurus kepada,
- runtuhnya identitas kemanusiaan sebagai citra Allah, sehingga yang tampil adalah wajah-wajah kekerasan serta kelicikan, tanpa kasih, kejujuran serta penuh kemunafikan; sehingga memperkoyak persatuan dan kesatuan bangsa, kemudian membangun tembok batasan berdasarkan perbedaan SARA
- pertikaian karena ambisi serta membela kepentingan golongan dan agama, yang menjurus pada kerusuhan dan kejahatan sosial
- mempolitisir sentimen keagamaan serta alasan moral keagamaan untuk membuat kerusuhan serta menghancurkan dan membakar rumah-rumah ibadah, dan tempat-tempat hiburan serta tempat-tempat usaha
- § munculnya gerakan-gerakan terorisme, separatisme, skismatis karena merasa pernah tercecer dan tidak diperhintungkan serta dipinggirkan
- § kehilangan rasa aman karena adanya ketakutan psikhis dan psikologis sehingga terhambatnya aktualisasi diri sebagai manusia
Manusia ciptaan baru tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi karena [peristiwa] Kristus. Menjadi manusia ciptaan baru semata-mata karena karya TUHAN Allah. Ia berkarya melalui Roh Kudus dalam setiap pribadi yang menyerahkan diri dan percaya kepada-Nya, sehingga mereka berubah dari manusia lama menjadi baru. Perubahan menyangkut seluruh eksistensi manusiawi, tubuh, jiwa, roh. Manusia baru yang terus menerus diperbaharui oleh TUHAN Allah melalui Yesus Kristus; dikuduskan dan dikasihi-Nya, “hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah,” Kol 3:3; dan menggenakannya seperti baju yang telah disiapkan oleh TUHAN Allah untuk dipakai oleh manusia,” Kol 3:10.
Menjadi manusia baru berarti harus melepaskan diri dari kehidupan lama, termasuk perbedaan berdasarkan SARA, derajat dan kedudukan; mempunyai belas kasihan; kemurahan; kerendahan hati; kelemah lembutan; kesabaran; saling mengampuni; menjadikan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan hubungan antar manusia; damai sejahtera dan perkataan Kristus memerintah dalam hati serta ada di tenga-tengah hidup dan kehidupan; segala sesuatu yang dilakukan dengan perkataan dan perbuatan harus dalam nama TUHAN Yesus Kristus, sambil mengucap syukur kepada TUHAN Allah, Bapa di surga.
Oleh sebab itu, suatu perubahan dalam diri manusia agar menjadi manusia baru; manusia baru di dan dalam Kristus yang tak terpisahkan dari komunitas masyarakat, serta terpanggil untuk ikut mengambil bagian dalam penataan sosial serta hidup dan kehidupan masyarkat. Setiap pribadi orang percaya [dan juga umat beragama] terpanggil untuk menyampaikan suara TUHAN Allah sesuai sikon serta lingkungan profesinya masing-masing. Hal itu dilakuan melalui kesaksian hidup dan kehidupan yang benar; menjadi garam dan terang dunia; dan hidup penuh ketaatan dan sesuai Firman Allah. Manusia Baru yang mampu mengambil bagian serta ikut berperan aktif dalam memecahkan berbagai persoalan pembangunan, pergumulan, permasalahan pendidikan, sosial, budaya, hukum, politik dan keamanan masyarakat dan bangsa, terutama di Indonesia.
SELAMAT DATANG